Hi

 Halo, em.. ini tentangnya, em, maksudku tentang Kamu,

-kalau kamu membacanya-


Dewi Angin bilang padaku bahwa langit Sore sengaja menjadi Sore karena tahu aku menyukainya. Kerlipku meredup, aku -tentu saja- sedih.

Sebelumnya, Sore adalah Malam yang pernah menemaniku memperbincangkan bulan. Em, sebenarnya aku yang mendengarkannya berbincang tentang bulan yang paling terang di Desember, itu kesukaanya.

Dia, juga selalu senang ketika kami mulai memperhatikan sepasang anak manusia yang berada di tempat berbeda, saling berinteraksi melalui benda aneh bercahaya dalam genggamnya.

Katanya, kalau jadi manusia, Malam juga ingin melakukan hal yang sama kepadaku. Tapi katanya lagi, dia lebih suka berbincang langsung saja tanpa perantara benda.

Katanya, mengobrol langsung itu menyenangkan saat tiba-tiba sinarku terasa menghangat karena bahagia, bersinar terang saat tertawa, atau meredup indah karena tersipu.

Malam juga selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan anehku, seperti; siapakah yang pergi dan siapa yang ditinggalkan : Malam atau Bintang-bintang?

Katanya, Malam tidak pergi hanya berganti. Dan Bintang juga tidak pernah abadi, supernova akan terjadi. Tidak ada yang pernah setia di kehidupan alam semesta. Karena pada akhirnya, satu sama lain akan saling lupa dan meninggalkan.

Dia membuktikannya. Kini Malamku bukan lagi Malam yang aku suka, menjadi Sore yang sulit aku temui. Aku tidak mengerti mengapa Malam tiba-tiba pergi. Mungkin,  dia sudah menemukan yang lain, Venus si bintang Sore? Entahlah

Aku terlambat mengerti, bahwa langit Malam ataupun Sore tidak bisa dimiliki oleh bintang kecil ini. Aku bahkan bukan Antares, tidak juga sekeren Venus, atau berkilauan serupa Kejora. Tentu saja Malam tidak suka, disukai Bintang seperti diriku.

Tapi, 

terima kasih pernah hadir, berbagai rasa dan bertukar cerita. Setidaknya,

aku -pernah- bahagia.

Comments

Popular Posts