BISIKAN TAHUN BARU
Semalam.
Merayap dengan padat ledakan demi ledakan di angkasa. Untung bukan sangkakala yang sebabkan semua gegap gempita. Jika tidak, sirna sudah jasad tak lagi ada tawa.
Masih.
Deras hujan belum letih membasahi tanah. Beradu dengan bau ikan asin entah darimana asalnya. Mengakifkan seluruh indera. Menampar, menyadarkan bahwa kita mesti berburu.
Selagi masih ada waktu. Tuk basuh masa lalu. Memerasnya dengan pertaubatan. Membilasnya dengan kebaikan. Menghubungkan dua titik hitam. Menarik sekali lagi goresan . Pada satu garis keimanan.
Masih, dan akan terus selamanya. Kita belajar untuk memahami kehidupan
Masih, dan akan terus selamanya. Kita berperang dan berkawan dengan kesadaran
Supaya tertunduk kepala kita sembari jalankan. Hidup dengan kesungguhan meski ia bukan sungguhan
Mereka bilang Islam adalah fikir dan dzikir dalam perkalian. Sedang ilmu dan amal menghasilkan keimanan. Mereka bilang hidup itu untuk bergembira. Tiada guna kita khawatir soal dunia
Sebab lima puluh kali seharusnya, dalam sehari kita memuja. Sembari bekerja di sela antara, maka doa adalah sarana mencari keridhoan Sang Pencipta.
Dan kelak garis demi garis yang tergores akan menebal dan tak dapat terhapuskan. Membekas tak hanya di luar namun juga di dalam, hingga kita siap menjadi bejana yang bersih.
Siap menampung air hujan tetap jernih. Sebab telah dituliskan cetak biru diri. Sebuah permata akan jadi permata dan ulat remeh kelak terbang menjadi kupu jelita. Yang terbang mematuhi keridhoan Sang Raja
Dengar dan Ta'at
Semoga kelak kita tak perlu memasuki surga lagi
Di akhirat
Cikarang, 1 Januari 2023
Comments
Post a Comment