Set Ekspektasi
Seorang anak kecil merengek minta dibelikan sebuah osiloskop.
Karena tidak ingin buah hatinya merengek, Bapak menjanjikan akan membelikan osiloskop itu besok. Esoknya, hal yang sama terulang. Si anak sudah berpikiran bahwa Bapak akan membelikan osiloskop itu hari ini. Di sisi lain, Bapak berpikir anak kecil ini tidak butuh osiloskop, dan tidak tahu apa-apa tentang osiloskop, untuk apa membelikannya. Terlebih lagi, toh dia anak kecil, berikan saja janji palsu.
Lalu, kejadian itu berulang. Ekspektasi yang terus ditanam, namun tidak kunjung direalisasikan membuat si anak kecewa dan tidak percaya lagi kepada Bapak.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang memiliki ekspektasi tertentu. Sebagai makhluk sosial, manusia pun memiliki ekspektasi terhadap orang lain. Untuk itu, kita perlu mengatur ekspektasi orang lain terhadap kita dengan cara mengomunikasikannya dengan terbuka dan jelas. Adanya ekspektasi yang tidak tepat dari orang lain terhadap kita, tentunya akan menimbulkan efek yang kurang baik, terutama bagi kredibilitas kita.
Dunia ini sempit. Kemanapun kita melangkah, seluruh rekam jejak kita akan diperhitungkan. Jangan pernah berpikir, “Saya tidak akan bertemu lagi dengan orang ini” lalu berbuat seenaknya. Kita tidak pernah tahu ke mana waktu akan membawa kita.
Tidak ada salahnya melakukan set ekspektasi di awal demi menjaga kredibilitas. Jangan bilang kita bisa, jika kita memang tidak bisa. Jangan bilang kita akan melakukan sesuatu, jika kita tidak mampu melakukannya.
Set ekspektasi woe!
Comments
Post a Comment