2020. Son of Adam
2020 menjadi kata "pertama kalinya" yang banyak orang katakan, begitupun dengan saya yang pertama kalinya merasakan namanya "operasi dan jait".
"Ah operasi kecil doang, takutnya gausah kayak cedera ronaldo dong, san!"😅
Yaaa, sering kali kita tenggelam oleh perasaan. sering juga kita terlalu dalam karena getaran tak bertuan. sering kali memori terisak karena pahitnya pengalaman. Hal ini lah yang membuat kawan menasehati kawan!
Pernah dulu, saya berdoa agar saya disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat agar tak lagi jadi pemalas atau malah melakukan aktivitas yang merugikan. Namun, saat kesibukan datang, saya justru mengeluh. Kesadaran saya tertutup.
Begitulah anak adam, banyak minta. Lupa apa yang pernah diminta. Ketika yang diminta diberikan, ia lupa bersyukur.
Itu terjadi saat kesadarannya terhadap hakikat ruang dan waktu tertutup.
Namun, a son of adam yang kesadarannya terbuka akan mampu memahami segala rentetan kejadian yang telah dia lalui selama hidupnya, serta kemana semua ini akan mengarah.
Setiap hal yang dikemas dalam bingkai kewajaran yang dapat dinilai secara statistika, pada hakikatnya adalah mata rantai takdir yang ditentukan secara presisi. Kehilangan satu saja, maka roda kehidupan seseorang berubah dengan drastis.
Ketika kesadaran itu terbuka, dan mewujud dalam tindakan kebajikan, kita menyadari betul bahwa ada petunjuk Tuhan di sana. Pada setiap gerak langkah, pada orang-orang yang kita temui, pada hal-hal kecil remeh temeh yang seolah tidak perlu dzat Maha Agung untuk mengurusinya.
Ruang dan waktu hanyalah ilusi. Hanyalah cara kita untuk mengukur perjalanan jiwa kita di alam fisik. Dalam sebuah dunia hakikat tanpa ruang dan waktu, hanya ada dua jawaban atas kehidupan manusia: berhampir atau tidak berhampir dengan Tuhan Semesta Alam.
Lantas bagaimana cara mengukur perjalanan ‘spiritual’ jika ia tidak diukur dari hal-hal yang kasat mata?
Tumbuh kembang manusia diukur dari sejauh mana ia senantiasa membersihkan cermin jiwanya. Saat ia senantiasa menjaga pintu kesadarannya agar tidak tertutup barang sedetik atau satu milidetik pun.
Saya mungkin masih pada level rendah. Pintu kesadaran saya bisa tertutup berminggu-minggu. Namun, bagi mereka yang jiwanya telah dewasa, mereka mungkin bisa menjaga pintu kesadarannya hingga orde yang begitu halus sehingga hampir setiap saat kesadarannya berhasil berkait dengan Sang Petunjuk.
Ketika Adam's son bertransendensi, pengetahuan dari Tuhan pun mengalir. Layaknya Khidir yang diberikan ilmu tentang masa yang belum datang di alam fisik.
Namun, timbul kembali pertanyaan saat seorang anak adam berhasil membuka pintu akan pengetahuan tentang masa depan.
Saat ia paham bahwa ia digariskan untuk berpotensi meraih sesuatu, Tuhan kembali memberikannya pilihan-pilihan.
Dan di sana dia tahu, jika ia celaka, itu karena jalan yang dipilihnya sendiri.
Maka, ia menjalani hidup pada cakrawala antara harap dan cemas. Dalam titik itu, ia temukan pintu kesadarannya senantiasa terjaga. Sebab lalai sejenak bisa celaka.
Karena emang dalam pembentukan insan terletak pada prosesnya, kan? :)
Ditengah perseteruan seru barat dan timur, ras putih dan hitam,
chaosnya tugas sebelum UAS, dan sakitnya kaki kanan karena harus jalan
lompat-lompat kayak pocong tapi teriak pengen main futsal, wkwk..
Semangat!
Comments
Post a Comment