Urip. Dewekan

Hidup. Sendiri

Kuliah saya 4 tahun lebih 1 semester pendek. Tahun pertama saya gunakan untuk melakukan banyak hal: mengenal teman-teman, mencoba berbagai organisasi, ikut lomba di sana-sini. Tahun kedua saya kerjakan untuk mencecar kawan-kawan yang presentasi dan terlihat mentereng untuk mengerjakan proker-proker HMJ. Tahun ketiga saya manfaatkan untuk mencari uang: kerja sebagai guru les dan menulis di koran-koran. Tahun keempat sama seperti tahun ketiga ditambah kesibukan praktik mengajar dan menuntaskan skripsi.

Ketika saya sadar saya telah melalui semua itu, ada satu hal yang saya temui dari semua pengalaman itu: kesendirian. Bahwa saya mencapai semuanya sendiri. 

Teman-teman yang saya kenali, ternyata tidak bisa untuk selalu sejalan dengan kita, pada akhirnya nanti, semua hanya akan menjadi kenalan. Kamu juga akan begitu.

Beban-beban di organisasi itu berat. Proker-proker juga sangat menguras pikiran dan tenaga. Tapi, saya sendiri mengerjakan semuanya. Mulai dari menjadi staf sampai koordinator. Kita hanya akan bagi tugas, dan jalan sendiri-sendiri, kerjasama itu omong kosong, setiap orang hanya menuntut hasil dalam rapat-rapat yang suntuk.

Presentasi di kelas itu menarik. Banyak ilmu. Dosen-dosen cerdas. Tapi kemudian, saya mendapati bahwa hanya segelintir teman saja yang antusias. Hanya beberapa anak yang aktif bertanya, berpendapat, ataupun silang gagasan. Dalam kerja kelompok, tidak ada yang namanya kelompok, hanya ada individu-individu yang membagi bab-bab pekerjaan, satu orang yang mengoordinir-mengedit, satu orang yang punya porsi lebih dalam penyampaian di muka kelas. Pada akhirnya, kamu hanya akan ke perpustakaan sendirian. Dan semua berubah jadi kompetisi, agar jangan sampai ada yang kehabisan buku untuk dipinjam.

Semua akan menemukan komunitas yang sesuai dengannya, atau menghabiskan waktu dengan pacarnya, atau bahkan ke mana-mana sendiri. Setiap orang akan butuh uang lebih banyak. Mahasiswa yang orang tuanya mapan akan tercukupi, yang tidak akan mencari kerja sampingan. Dan mencari kerja sampingan dilakukan secara sendirian, atau kalau bisa tidak ada teman yang peduli.

Di tahun terakhir, hanya akan ada kamu duduk sendirian di depan laptop, di sudut perpustakaan, dengan tumpukan buku. Hanya akan ada kamu menanti di depan ruang dosen, untuk bimbingan, dan sendirian. Hanya akan ada kamu yang sendirian mendaftar seminar proposal, ujian skripsi, dan pendaftaran wisuda. Semuanya sendirian.

Dan foto wisudamu, juga sendirian saat bersalaman dengan rektor.

Saya sedih? Tidak. Itulah kenyataannya. Orang-orang yang bertemu denganmu di perkuliahan, adalah orang-orang yang tak punya pilihan lain selain bertemu kamu, sebagaimana kamu tak punya pilihan lain. Kamu mungkin akan bahagia dan menjadikan itu kenangan, tapi ketika kamu akan mengenang, kamu akan mengenangnya sendirian, dan menyadari bahwa kamu menjalani hidupmu sendirian.

Kamu hanyalah sendiri di hidupmu. Lalu, mengapa kamu begitu peduli dengan hidup orang lain yang juga sendiri?

Kamu tidak menerima apa-apa. Kamu tidak akan kehilangan apa-apa.


------------------------------------------

Jalan yang ditempuh dalam membela cita-cita terkadang adalah jalan yang sunyi dan panjang.
Walau hanya ditemani oleh keyakinan dan perlindungan do'a malam, Insya Allah sampai.

OHIYA, KAMU GA SENDIRIAN, KAMU PUNYA ALLAH :)

Comments

  1. Manusia pada dasarnya adalah makhluk soliter atau penyendiri yang hanya berkumpul untuk membentuk masyarakat karena memiliki kepentingan (kalau gak salah ini katanya Thomas Hobbes). Kalau merujuk pendapat beliau, kita bisa menyimpulkan bahwa pada dasarnya manusia hanya berkumpul karena mereka punya kepentingan. Contoh; kerja kelompok (menyelesaikan tugas), nongkrong bareng teman (mungkin karena nyaman atau bisa nyambung sama mereka), kuliah (antara ijazah, menuntut ilmu, atau sekedar formalitas sosial). Akan tetapi, bukan berarti kita harus senantiasa menyendiri karena ada anggapan bahwa interaksi kita dengan orang lain selama ini terkesan kurang ikhlas (karena karena ada keperluan).
    Tetap jaga hubungan dengan sesama manusia, tapi ingat terus bahwa pada akhirnya kita adalah makhluk yang sendirian.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts